DISINI
Pandangan pertama
Masa lalu
Djreeeng…
Djreeeennng….,
Alunan
irama yang mendayu-dayu mengalir indah dari gitar tua zaki yang konon katanya
milik mark saat merayu siti ibunya zaki, didepan rumah bertemankan malam sunyi
sepi bertabur bintang dilangit membuat suasana romantic yang tiada tara, kala
itu ibunya masih menyandang status mahasiswi di IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atau yang akrab disebut UIN. keduanya bertemu saat liburan di Ragunan
pertemuan yang tak disengaja menumbuhkan benih-benih cinta hingga mark
memutuskan untuk menetap dijakarta dan menjadi warga Negara Indonesia,
Sebenarnya
keduanya berbeda keyakinan. Mark Van Denis beragama Kristen sedangkan siti
Bergama Islam namun dengan kekuatan cinta mereka dan pesona gadis Indonesia
yang terkenal dengan sopan santunnya membuat mark pun memeluk Islam menjadi
mualaf sejak saat itulah orang tua siti merestui hubungan mereka dan akhirnya
setelah wisuda mereka memutuskan untuk mengikat janji setia sehidup semati
alias menikah.
Zaki
menghentikan ayunan jemarinya dan tersenyum kecil teringat saat siibu
menceritakan kisah-kisahnya dengan mark dan akhirnya memutuskan untuk
mengikrarkan janji setia sehidup semati bersama, zaki terbawa suasana dan
memikirkan dimanakah ia akan bertemu cinta sejatinya mengingat sampai saat ini
ia masih sendiri alias belum punya pasangan sedangkan sohibnya dhani yang
ketampanannya jauh dibawah dia nyatanya sudah punya cewek yaitu dinda, yang
konon katanya dinda tuh cewek paling cantik di SMKIT Nurul Qolbi.
“
Kenapa gue belum punya cewek ya..!?” zaki termenung tuk sejenak “ apa kurangnya
gue, gue tampan iya, keren bingit, modis jangan ditanya lagi, atletis bukan
main. apa ya..!!?” celetuk zaki sambil memandangi cermin mengamati dirinya
sambil senyam-senyum sendiri seraya berpose ala artis Hollywood sedikit narsis, setelah beberapa saat iapun menjatuhkan
tubuhnya diatas kasur seraya menghela napas panjang.
Zaki
mengamati sekelilingnya dan tak sengaja pandangannya terhenti pada sebuah buku
bersampul batik tua yang terlihat agak lusuh dan berdebu bisa diperkirakan
usianya mungkin lebih tua dari zaki, dan entah mengapa rasa ingin tahunya
seakan memaksa ia untuk segera mengambilnya. zakipun segera bangkit dan
menggapai buku batik yang terjepit diantara buku-bukunya.
“
My Indonesia..!!” zaki membaca judul buku tersebut pelan “ Apaan neh
rasa-rasanya gue nggak punnya buku kayak beginian dah..!!?” batin zaki
penasaran.
JKL
Bali,
25 Desember 1984
Hay
Bali.., Iam denis, lagi liburan neh ceritanya ke pulau dewata yang katanya
tempat terindah di Indonesia, semula aku nggak percaya tapi temen-temenku yang
udah pernah keBali bilang kayaknya nggak lengkap traveling kalo belum lihat Bali apalagi buat yang penggila serving pasti bakalan ketagihan tuh,
Eh.., pas aku sampe dibali ternyata mereka nggak salah bicara dan sungguh aku
mulai suka sama tempat neh.
Sebenarnya
aku ke Indonesia bersama Haris sahabatku yang kebetulan orang Indonesia asli,
mungkin bisa dibilang do`i lagi pulang kampung neh, selain pulang kampung Haris
hendak mengumpulkan data dan fakta lapangan untuk keperluan penelitiannya
tentang salah satu suku yang cukup menarik baginya yang nantinya akan dijadikan
salah satu koleksi karya tulisnya semisal novel atau artikel.
“
I wanna write about Baduy..!!” ujar
Haris disela-sela aktivitasnya mengetik di Laptop.
“
Suku Baduy…?!!” apa menariknya pikirku tapi aku tak terlalu menghiraukannya
karna aku datang ke Indonesia hanya untuk berlibur bukan untuk menambah beban pikiranku
dengan ikut penelitian konyol Haris. Tapi Haris
meyakinkan aku bahwa baduy itu berbeda dengan suku-suku lain yang ada di
Indonesia, kata-kata itulah yang membuatku penasaran dan ingin tahu apa
menariknya suku badui dengan yang lain, sehingga beberapa hari kemudian kami memutuskan untuk menyambangi suku Baduy
yang berada di Lebak- Banten.
Lebak, 01 Januari
1985
Tugu
selamat datangpun berdiri tegak di tanah lapang Bese Camp tempat siapa saja yang hendak menikmati alam dan budaya
masyarakat Baduy. Secara administrative
Baduy masuk wilayah Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar. Oleh karna itu orang
baduy dikenal dengan sebutan orang kanekes itu sekilas pengetahuanku tentang
daerah ini yang ku baca dikumpulan buku-bukunya haris.
Itu
untuk pertama kalinya aku hidup dan membaur bersama suku yang belum tersentuh
dengan moderenisasi, luar biasa. Baduy dalam terdiri dari tiga kampong, cibeo,
cikartawana dan cikeusik. Di Cibeo masyarakatnya lumayan terbuka dan sedikit
bersinggungan dengan dunia luar, ya seperti masyarakat pada umumnya. Kalo kata
wartawan lokal sih badui luar itu biasa dibilang badul murtad karna tidak
terlalu menghiraukan kata atasanya. sedangkan di Cikartawana ada sedikit
perbedaan ya sedikit lebih tertutup aku juga nggak tahu mengapa dijaman yang
serba maju ini masih ada saja orang-orang seperti itu rela dikekang oleh
tradisi nenek moyang yang terkesan tidak memperduliakan hak asasi manusia. Dan
terakhir yaitu Cikeusik baduy dalam yang masih sangat kuat mempertahankan pikukuh[1].
Kalian
tahu nggak, ada hal yang unik di Cikeusik yaitu tentang adat pernikahan yang
belum pernah aku temui dimanapun. Saat upacara dimulai para orang tua dari
masing-masing pengantin menyerahkan anaknya kepada puun[2], dan
menasehati mereka. Kedua mempelai duduk berdampingan sambil berpegangan tangan
dan membaca do`a seperti ini do`anya “Cupu
manik tangkal dada, tan kumala eusina kumala inten” jika selesai membacanya
pengantin pria langsung melakukan satu gerakan yang cukup Wah…., yaitu memegang
buah dada simempelai wanita sambil mengucap “Malaikat Culuk kawali mulia rasaning Allah” maka keduanyapun telah
resmi menjadi suami istri Gokil gak tuch.., pantas saja haris bilang suku ini
beda dari suku-suku yang lain rupanya inti dari penelitiannya itu hanya ingin
membuktikan kebenaran adat pernikahan suku baduy dalam saja dasar otak
kotor,coba dibelanda ada kayak begituan juga ya pasti lebih seru aja kali ye..
hehehe.
Zaki
nenghela nafas, ia akan menyelami masa muda seorang Mark Van Denis ayahnya.
Jakarta,14
Februari 1988
Hay…,
Indonesia aku dateng lagi neh nggak terasa tiga tahun sudah aku tidak menapakan
kakiku dibumimu yang asri ini, kali ini aku dateng sendiri si Haris lagi
berhalangan ikut karna sidang S2 nya. Gila selama 3 tahun ini aku nggak henti-hentinya mikirin bangsa ini, apa
yang terjadi pada diriku ?, ya aku juga nggak tau. tapi yang jelas aku dah
sampe Jakarta dan aku seneng… banget.
Setelah
mendarat dibandara internasional soekarno-hatta aku memutuskan untuk meluncur
ke kebon binatang Ragunan, gak tau kenapa pengen aja soalnya waktu ditempat
istirahat aku melihat sebuah pasawat Airbrush
garuda perlahan lepas landas dan yang membuatku heran kenapa lambang yang
tertera dibuntutnya itu kepala burung garuda seperti lambang Negara ini. dan
tempat pertama yang terlintas dalam benakku ya kebun binatang,dan jujur aku Tipikal orang yang lebih suka mengikuti
kata hatiku sendiri, sebagai orang dengan Bahasa yang Minoritas terus terang aku cukup kewalahan maklum Bahasa
Indonesiaku belum begitu baik makanya aku tak terlalu banyak Tanya ini itu pada
sesama pengunjung bahkan pada penjaga yang bertugas dipusat informasi
sekalipun.
Tanpa
disadari Ragunan adalah tempat dimana aku mengawali babak baru dalam hidupku,
saat itu aku hendak mempotret seekor singa yang sedang mengaung-ngaung dikandangnya,
entah apa yang terjadi tapi yang jelas raungannya mengundang banyak orang untuk
melihat-lihat tak terkecuali siti mashitoh wanita yang tiba-tiba muncul dan
menghalangi ruang tembakku memotret. Aku yang mendapati gambarku sedikit
terhalang oleh kepala wanita yang berkerudung langsung menegurnya, sitipun
meminta maaf dengan Bahasa Inggris dengan sopannya dan saat itulah ada perasaan
yang berbeda dalam hatiku,” Iam never
seen beautiful gril like her before..!” batinku berdecek kagum,ya mungkin
ini bisa dibilang cinta pada pandangan pertama kali ye, percakapan pun mengalir
deras.
Rangkasbitung, 01
April 1988
Ini
untuk pertama kalinya siti mengajakku berkunjung kerumahnya di Rangkasbitung,
Lebak-Banten. Kota yang kaya akan panorama alam yang masih terlihat asri dan
mempunyai sejarah masa lalu sampai-sampai gapura rumahnyapun dinamakan jl.
Multatuli, siapa sangka bangsawan / pejabat asal belanda ini justru mengecam
kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintahnya sendiri terhadap penduduk
pribumi. Akupun kaget mendengar nama Multatuli dijadikan nama jalan
diRangkasbitung apakah ini sebuah kebetulan ataukah tuhan sudah mengaturnya
sedemikian rupa untukku?. What ever`lah..
Keluarganya
sangat baik padaku, maklum siapa sih yang nggak bangga anak perempuannya
ditaksir sama Bule kayak aku, udah baik, tampan, rajin menabung, sayang
keluarga, ramah lingkungan irit bahan bakar dll. Hehehe…, disana aku menginap
hampir seminggu hari-hari yang indah dan takkan pernah bisa kulupakan tetapi
ketika orang tuanya tahu kalau aku berbeda keyakinan. merekapun sedikit menjaga
jarak. entahlah tapi aku tak terlalu memikirkan perbedaan kami,Tak mudah bagiku
meninggalkan agama nenek moyangku karena aku terlahir dari keluarga yang pemuka
agama Kristen dibelanda. Tapi perlahan siti memperkenalkan aku dengan islam
agama yang sesungguhnya sangat menganjurkan cinta damai, Saat itulah rasa
sayangku semakin terpatri hanya untuknya. Ya hanya untuknya selamanya.
Rangkasbitung, 9
May 1988
Kebahagiaanpun
menghinggapi keluarga siti dan keluargaku karena dua hari yang lalu dengan
yakin aku mempersunting gadis berdarah sunda itu sebagai istriku, meski awalnya
keluargaku melarang aku pindah agama tapi dengan berbekal pendidikan yang cukup
merekapun mengerti bahwa ini hidupku dan aku yang akan menentukan seperti apa
hidupku kedepan. Yang membuatku bangga mereka meluangkan waktunya datang ke
Indonesia untuk menghadiri hari yang begitu sakral bagi sebagian orang ini
termasuk aku.
O.iya,
nanti jika ku punya anak akan kuberinama Zaki Van Denis atau bias juga
dipanggil Junior.aku ingin dia seperti
Jack Van Denis guru Matematikaku yang sangat baik hati dan paling kuhormati
diantara guru-guruku lainnya.
Terimakasih
Indonesia, siti dan keluarga, seluruh keluargaku, Haris dan macan Ragunan yang
telah mempertemukan aku dengan belahan jiwaku.
NB.
“ Kau lelaki junior kelak sendiri…!!”
J
Zaki
tersenyum kecil ia bangga menjadi saksi perjalanan cinta mereka (orang tuanya),
sambil memandangi foto-foto pernikahan orang tuanya yang menempel diakhir cover
buku, mereka terlihat begitu serasi dan membuat zaki bangga menjadi anak dari
keduanya walaupun ia tidak pernah melihat seperti apa wajah ayahnya secara langsung.
JKL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar