Sabtu, 19 Agustus 2017

Cintamu tak Setulus Cinta Ibuku 3

Baca Episode sebelumnya
DISINI

Pandangan pertama
Masa lalu


                       
Djreeeng… Djreeeennng….,
Alunan irama yang mendayu-dayu mengalir indah dari gitar tua zaki yang konon katanya milik mark saat merayu siti ibunya zaki, didepan rumah bertemankan malam sunyi sepi bertabur bintang dilangit membuat suasana romantic yang tiada tara, kala itu ibunya masih menyandang status mahasiswi di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta atau yang akrab disebut UIN. keduanya bertemu saat liburan di Ragunan pertemuan yang tak disengaja menumbuhkan benih-benih cinta hingga mark memutuskan untuk menetap dijakarta dan menjadi warga Negara Indonesia,
Sebenarnya keduanya berbeda keyakinan. Mark Van Denis beragama Kristen sedangkan siti Bergama Islam namun dengan kekuatan cinta mereka dan pesona gadis Indonesia yang terkenal dengan sopan santunnya membuat mark pun memeluk Islam menjadi mualaf sejak saat itulah orang tua siti merestui hubungan mereka dan akhirnya setelah wisuda mereka memutuskan untuk mengikat janji setia sehidup semati alias menikah.
Zaki menghentikan ayunan jemarinya dan tersenyum kecil teringat saat siibu menceritakan kisah-kisahnya dengan mark dan akhirnya memutuskan untuk mengikrarkan janji setia sehidup semati bersama, zaki terbawa suasana dan memikirkan dimanakah ia akan bertemu cinta sejatinya mengingat sampai saat ini ia masih sendiri alias belum punya pasangan sedangkan sohibnya dhani yang ketampanannya jauh dibawah dia nyatanya sudah punya cewek yaitu dinda, yang konon katanya dinda tuh cewek paling cantik di SMKIT Nurul Qolbi.
“ Kenapa gue belum punya cewek ya..!?” zaki termenung tuk sejenak “ apa kurangnya gue, gue tampan iya, keren bingit, modis jangan ditanya lagi, atletis bukan main. apa ya..!!?” celetuk zaki sambil memandangi cermin mengamati dirinya sambil senyam-senyum sendiri seraya berpose ala artis Hollywood sedikit narsis, setelah beberapa saat iapun menjatuhkan tubuhnya diatas kasur seraya menghela napas panjang.
Zaki mengamati sekelilingnya dan tak sengaja pandangannya terhenti pada sebuah buku bersampul batik tua yang terlihat agak lusuh dan berdebu bisa diperkirakan usianya mungkin lebih tua dari zaki, dan entah mengapa rasa ingin tahunya seakan memaksa ia untuk segera mengambilnya. zakipun segera bangkit dan menggapai buku batik yang terjepit diantara buku-bukunya.
“ My Indonesia..!!” zaki membaca judul buku tersebut pelan “ Apaan neh rasa-rasanya gue nggak punnya buku kayak beginian dah..!!?” batin zaki penasaran.
JKL

            Bali, 25 Desember 1984
Hay Bali.., Iam denis, lagi liburan neh ceritanya ke pulau dewata yang katanya tempat terindah di Indonesia, semula aku nggak percaya tapi temen-temenku yang udah pernah keBali bilang kayaknya nggak lengkap traveling kalo belum lihat Bali apalagi buat yang penggila serving pasti bakalan ketagihan tuh, Eh.., pas aku sampe dibali ternyata mereka nggak salah bicara dan sungguh aku mulai suka sama tempat neh.
Sebenarnya aku ke Indonesia bersama Haris sahabatku yang kebetulan orang Indonesia asli, mungkin bisa dibilang do`i lagi pulang kampung neh, selain pulang kampung Haris hendak mengumpulkan data dan fakta lapangan untuk keperluan penelitiannya tentang salah satu suku yang cukup menarik baginya yang nantinya akan dijadikan salah satu koleksi karya tulisnya semisal novel atau artikel.
I wanna write about Baduy..!!” ujar Haris disela-sela aktivitasnya mengetik di Laptop.
“ Suku Baduy…?!!” apa menariknya pikirku tapi aku tak terlalu menghiraukannya karna aku datang ke Indonesia hanya untuk berlibur bukan untuk menambah beban pikiranku dengan ikut penelitian konyol Haris. Tapi Haris  meyakinkan aku bahwa baduy itu berbeda dengan suku-suku lain yang ada di Indonesia, kata-kata itulah yang membuatku penasaran dan ingin tahu apa menariknya suku badui dengan yang lain, sehingga beberapa hari kemudian  kami memutuskan untuk menyambangi suku Baduy yang berada di Lebak- Banten.

Lebak, 01 Januari 1985
Tugu selamat datangpun berdiri tegak di tanah lapang Bese Camp tempat siapa saja yang hendak menikmati alam dan budaya masyarakat Baduy. Secara administrative Baduy masuk wilayah Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar. Oleh karna itu orang baduy dikenal dengan sebutan orang kanekes itu sekilas pengetahuanku tentang daerah ini yang ku baca dikumpulan buku-bukunya haris.
Itu untuk pertama kalinya aku hidup dan membaur bersama suku yang belum tersentuh dengan moderenisasi, luar biasa. Baduy dalam terdiri dari tiga kampong, cibeo, cikartawana dan cikeusik. Di Cibeo masyarakatnya lumayan terbuka dan sedikit bersinggungan dengan dunia luar, ya seperti masyarakat pada umumnya. Kalo kata wartawan lokal sih badui luar itu biasa dibilang badul murtad karna tidak terlalu menghiraukan kata atasanya. sedangkan di Cikartawana ada sedikit perbedaan ya sedikit lebih tertutup aku juga nggak tahu mengapa dijaman yang serba maju ini masih ada saja orang-orang seperti itu rela dikekang oleh tradisi nenek moyang yang terkesan tidak memperduliakan hak asasi manusia. Dan terakhir yaitu Cikeusik baduy dalam yang masih sangat kuat mempertahankan pikukuh[1].
Kalian tahu nggak, ada hal yang unik di Cikeusik yaitu tentang adat pernikahan yang belum pernah aku temui dimanapun. Saat upacara dimulai para orang tua dari masing-masing pengantin menyerahkan anaknya kepada puun[2], dan menasehati mereka. Kedua mempelai duduk berdampingan sambil berpegangan tangan dan membaca do`a seperti ini do`anya “Cupu manik tangkal dada, tan kumala eusina kumala inten” jika selesai membacanya pengantin pria langsung melakukan satu gerakan yang cukup Wah…., yaitu memegang buah dada simempelai wanita sambil mengucap “Malaikat Culuk kawali mulia rasaning Allah” maka keduanyapun telah resmi menjadi suami istri Gokil gak tuch.., pantas saja haris bilang suku ini beda dari suku-suku yang lain rupanya inti dari penelitiannya itu hanya ingin membuktikan kebenaran adat pernikahan suku baduy dalam saja dasar otak kotor,coba dibelanda ada kayak begituan juga ya pasti lebih seru aja kali ye.. hehehe.
Zaki nenghela nafas, ia akan menyelami masa muda seorang Mark Van Denis ayahnya.


Jakarta,14 Februari 1988
Hay…, Indonesia aku dateng lagi neh nggak terasa tiga tahun sudah aku tidak menapakan kakiku dibumimu yang asri ini, kali ini aku dateng sendiri si Haris lagi berhalangan ikut karna sidang S2 nya. Gila selama 3 tahun ini aku  nggak henti-hentinya mikirin bangsa ini, apa yang terjadi pada diriku ?, ya aku juga nggak tau. tapi yang jelas aku dah sampe Jakarta dan aku seneng… banget.
Setelah mendarat dibandara internasional soekarno-hatta aku memutuskan untuk meluncur ke kebon binatang Ragunan, gak tau kenapa pengen aja soalnya waktu ditempat istirahat aku melihat sebuah pasawat Airbrush garuda perlahan lepas landas dan yang membuatku heran kenapa lambang yang tertera dibuntutnya itu kepala burung garuda seperti lambang Negara ini. dan tempat pertama yang terlintas dalam benakku ya kebun binatang,dan jujur aku Tipikal orang yang lebih suka mengikuti kata hatiku sendiri, sebagai orang dengan Bahasa yang Minoritas terus terang aku cukup kewalahan maklum Bahasa Indonesiaku belum begitu baik makanya aku tak terlalu banyak Tanya ini itu pada sesama pengunjung bahkan pada penjaga yang bertugas dipusat informasi sekalipun.
Tanpa disadari Ragunan adalah tempat dimana aku mengawali babak baru dalam hidupku, saat itu aku hendak mempotret seekor singa yang sedang mengaung-ngaung dikandangnya, entah apa yang terjadi tapi yang jelas raungannya mengundang banyak orang untuk melihat-lihat tak terkecuali siti mashitoh wanita yang tiba-tiba muncul dan menghalangi ruang tembakku memotret. Aku yang mendapati gambarku sedikit terhalang oleh kepala wanita yang berkerudung langsung menegurnya, sitipun meminta maaf dengan Bahasa Inggris dengan sopannya dan saat itulah ada perasaan yang berbeda dalam hatiku,” Iam never seen beautiful gril like her before..!” batinku berdecek kagum,ya mungkin ini bisa dibilang cinta pada pandangan pertama kali ye, percakapan pun mengalir deras.

Rangkasbitung, 01 April 1988
Ini untuk pertama kalinya siti mengajakku berkunjung kerumahnya di Rangkasbitung, Lebak-Banten. Kota yang kaya akan panorama alam yang masih terlihat asri dan mempunyai sejarah masa lalu sampai-sampai gapura rumahnyapun dinamakan jl. Multatuli, siapa sangka bangsawan / pejabat asal belanda ini justru mengecam kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintahnya sendiri terhadap penduduk pribumi. Akupun kaget mendengar nama Multatuli dijadikan nama jalan diRangkasbitung apakah ini sebuah kebetulan ataukah tuhan sudah mengaturnya sedemikian rupa untukku?. What ever`lah..
Keluarganya sangat baik padaku, maklum siapa sih yang nggak bangga anak perempuannya ditaksir sama Bule kayak aku, udah baik, tampan, rajin menabung, sayang keluarga, ramah lingkungan irit bahan bakar dll. Hehehe…, disana aku menginap hampir seminggu hari-hari yang indah dan takkan pernah bisa kulupakan tetapi ketika orang tuanya tahu kalau aku berbeda keyakinan. merekapun sedikit menjaga jarak. entahlah tapi aku tak terlalu memikirkan perbedaan kami,Tak mudah bagiku meninggalkan agama nenek moyangku karena aku terlahir dari keluarga yang pemuka agama Kristen dibelanda. Tapi perlahan siti memperkenalkan aku dengan islam agama yang sesungguhnya sangat menganjurkan cinta damai, Saat itulah rasa sayangku semakin terpatri hanya untuknya. Ya hanya untuknya selamanya.

Rangkasbitung, 9 May 1988
Kebahagiaanpun menghinggapi keluarga siti dan keluargaku karena dua hari yang lalu dengan yakin aku mempersunting gadis berdarah sunda itu sebagai istriku, meski awalnya keluargaku melarang aku pindah agama tapi dengan berbekal pendidikan yang cukup merekapun mengerti bahwa ini hidupku dan aku yang akan menentukan seperti apa hidupku kedepan. Yang membuatku bangga mereka meluangkan waktunya datang ke Indonesia untuk menghadiri hari yang begitu sakral bagi sebagian orang ini termasuk aku.
O.iya, nanti jika ku punya anak akan kuberinama Zaki Van Denis atau bias juga dipanggil  Junior.aku ingin dia seperti Jack Van Denis guru Matematikaku yang sangat baik hati dan paling kuhormati diantara guru-guruku lainnya.
Terimakasih Indonesia, siti dan keluarga, seluruh keluargaku, Haris dan macan Ragunan yang telah mempertemukan aku dengan belahan jiwaku.
NB. “ Kau lelaki junior kelak sendiri…!!” J
Zaki tersenyum kecil ia bangga menjadi saksi perjalanan cinta mereka (orang tuanya), sambil memandangi foto-foto pernikahan orang tuanya yang menempel diakhir cover buku, mereka terlihat begitu serasi dan membuat zaki bangga menjadi anak dari keduanya walaupun ia tidak pernah melihat seperti  apa wajah ayahnya secara langsung.
JKL


[1] Aturan Adat
[2] jabatan tertinggi dalam masyarakat Baduy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar