Posko
penebusan dosa
Setelah
libur panjang kini saatnya para peserta didik mulai disibukan dengan rencana
untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, sebagian memilih untuk tidak
meneruskan sekolah dengan faktor-faktor tertentu, dan sebagian lagi
mendaftarkan diri kesekolah-sekolah yang dianggap tepat untuk masa depannya
kelak. Hingar
bingar pergantian tahun ajaran baru sudah mulai dirasakan banyak orang dengan
cara mendaftarkan diri via internet atau datang langsung kesekolah idapan. Tiap
sekolah berlomba-lomba berpormosi untuk menjaring calon peserta didik baru
sebanyak-banyaknya agar sekolah tetap bisa menunjukan eksistensinya dan agar
terlihat ada tanda-tanda kehidupan didalamnya.
Didepan
jalan Raya Kp. Bogor desa Pusaka Rakyat dibalik pagar tembok terdengar
sorak-soray intruksi anggota OSIS mengatur para peserta MOS (Masa Orientasi
Siswa) dengan suara lantang yang terkesan dipaksakan. Acara tahunan ini memang
sangat dinanti-nanti oleh para kakak kelas untuk mencari gebetan atau sekedar
mencari mangsa untuk dikerjai.
“
Cepat.., jangan sampai terlambat !! ” seru para kakak kelas yang terhormat
dengan tegas.
“
Eh bule, lemot banget sih beres-beresnya..” Hardik kakak senior yang sepertinya
menemukan korban.
“
Cepatan nape, jangan kayak keong racun begitu“ teriak tono nyolot
“
Santaisih kak buru-buru aja” jawab si
bule kalem and cuek.
Jawaban
santai zaki terdengar sedikit melecehkan ditelinga para anggota Osis. Apalagi
zaki menjawab dengan tak menoleh kearah si kakak kelasnya. Hingga membuat tono
jengak setengah mati. Terlihat mimik wajah tono yang berubah menjadi garang
memerah dan berurat. Alhasil, si bulepun digiring ke kantin sekolah yang untuk
sementara waktu dialih pungsikan menjadi posko penebusan dosa bagi para
perserta MOS yang melanggar aturan.
Didalam posko penebusan dosa waktu
seakan berjalan begitu lambat. Beberapa menit saja terasa seperti ribuan detik.
Bukan hanya zaki ternyata didalamnya sudah ada beberapa orang yang
menunggu final destination dengan
mimik wajah pasrah tak berdaya. Zaki mengamati para terdakwa yang berjumlah 11
orang yang terdiri dari 5 orang wanita dan 6 kaum adam. Kesalahan mereka
sebenarnya sepele ada yang dihukum karena nggak bawa perlengkapan MOS seperti
tas yang terbuat dari karung, kalung yang terbuat dari cabai, dengan alasan
harga cabai yang meroket mahalnya, ada yang terlambat datang ketempat upacara,
ada juga yang dibawa dengan alasan mukanya ngeselin alias nggak enak dipandang
mata, kecuali ada satu siswi yang tak melakukan kesalahan apa-apa tapi dibawa
ke posko penebusan dosa dengan alasan takut mengganggu yang lain karena terlalu
manis dipandang mata. Dinda, gadis cantik yang harus menjadi korban kebiadaban
kakak kelasnya ini harus pasrah menghadapi cobaan tuhan. Zaki hanya tersenyum
getir mendengar alasan yang dibisikan seorang anak yang juga ikut digelandang
keposko. Ia berpostur gede tinggi, berkulit agak kecoklat-coklatan, rambutnya
bergaya belah dua dan selalu kelimis, tatapannya tajam bak pembunuh bayaran
seperti difilm-film, tampang DPO No 1 di Indonesia, pembunuh berdarah dingin
pokoknya lumayan menyeramkan.
“ Gue dhani, anak kampong pomahan
kidul, loe sapa ? “dhani menyodorkan tangannya memperkenalkan diri.
“
Gue zaki, zaki van denis..“ sambut zaki ramah.
“
Ajip, nama loe keren bingit boy, kayak pemain bola luar negeri gitu.. !!”
“
Ya,.. begitulah..” jawab zaki santai.
“
Ngomong-ngomong, kok loe bisa dibawa kesini gimana ceritanya jek?” dhani
kembali bertanya tuk sekedar membunuh waktu.
“
Gue Cuma bilang, santai sih kak buru-buru aja. Eh, gue langsung digiring kemari
“ tutur zaki seakan tak berdosa.
“
Senior kita emang suka cari-cari kesempetan pas acara kayak beginian “ gerutu
dhani kesal.
“ Kagak dimana-mana sih yang kayak
begini mah” sambut zaki meladeni.
Keduanya
terlibat obrolan seru bahkan sesekali dibumbui canda tawa dan pertemanan
merekapun sedikit-demi sedikit mulai terajut seiring dengan berjalannya waktu.
Setelah berlama-lama dikurung di posko penebusan dosa yang pengap tanpa ada
kejelasan akhirnya Dea, si ketua OSIS sedikit berbaik hati untuk melepaskan
mereka dengan syarat harus menyanyikan syair kebebasan.
Tuning-tuning
pletok-pletok….
Kakak OSIS yang
terhormat
Makasih atas
kebaikannya
Semoga kakak
selalu sigap
Mengajari kami
yang tak taat…
Syair lagunya memang biasa tapi yang
bikin nggak biasa adalah cara membawakannya. Harus dinyanyikan berkelompok
minimal 3 orang dengan berjalan berurutan seperti main kereta-keretaan,
mengelilingi halaman sekolah sebanyak 5 kali putaran, bukan hanya itu setiap
kelompok juga harus membungkukan badan setiap melintas tepat didepan para senior
dan memberi hormat saat melewati tiang bendera.
“
Akhirnya bebas juga…” batin zaki lega
sambil menghela napas panjang dan mengeluarkannya perlahan, keringat sebesar
biji jagungpun mulai mengalir dan meleleh ditengah teriknya mentari.
JKL
Zaki
Van Denis, pemuda tanggung berambut lurus berwarna bule, matanya tajam seperti
mata elang yang kecoklat-coklatan, postur tubuh lumayan atletis dengan tinggi
badan 190 cm ditambah hidung yang mancung diatas rata-rata orang Indonesia asli
ini,baru sebulan yang lalu ia dan mamanya pindah ke Bekasi. Ia berasal dari
keluarga sederhana di Rangkasbitung-Banten. Tepatnya dijalan Multatuli. Nama
Van Denis sendiri diturunkan dari nama ayahnya Mark Van Denis asal warga negara
Belanda. Jadi zaki belasteran Sunda dan Belanda.
Hari
pertama masuk kelas, zaki duduk manis dibangkunya sambil memutar-mutarkan
pencil disela-sela jari telunjuk dan jempolnya. Pak Fahcrudin, sang Pembina
OSIS datang untuk mengisi materi keorganisasian dengan buku tebal dan penggaris
kayu ditangannya. Kesan pertama yang zaki dapat saat melihat guru yang satu ini
cukup menggelitik, postur tubuh lumayan tinggi, memakai peci, kuping yang agak
naik kayak alien and suaranya ngebas
banget jadi pengen ketawa. Saat zaki dan teman-teman sedang asyik mendengarkan penjelasan
pak Fahcrudin tentang keorganisasian tiba-tiba bel tanda waktu istirahatpun
berbunyi. Menumbuhkan rasa gairah bagi para senior pasalnya waktu istirahat
adalah saatnya mencari mangsa untuk dikerjai. Tetapi tidak untuk para peserta
karena waktu istirahat pasti bakalan menjengkelkan karena dipake buat ngerjain
mereka ngelakuin hal-hal yang nggak penting alias nggak masuk akal.
Itik-itik…
Kuwek-kuwek….
Pakai baju
berbahan bulu
Dibeli dari
penjual
Perkenalkan kami
anak baru
Datang kemari mau
kenalan…
Seperti
lagu kebebasan, lagu ini juga wajib dinyanyikan sebagai pembuka sebelum meminta
tanda tangan kepada setiap anggota OSIS yang
dimintai tanda tangannya. tentunya dengan gaya masing-masing sesuai
keinginan mereka. Ada yang disuruh menyanyikannya dengan gaya balonku tapi
kalimat akhirnya diganti dengan hurup “O” semua nah kayak apa tuch ribet
bangetkan, ada juga yang disuruh membersihkan halaman hanya dengan satu tongkat
pramuka, ada juga yang disuruh merayu kakak kelas dengan rayuan maut bagaimanapun
caranya agar dapat seutas tanda tangan sianggota OSIS yang durjana.
“
Kali ini zaki ketiban sial, dia disuruh menghitung daun Eporbia yang ada
didepan kantor guru, dan dhani yang berbadan besar lebih memilih push-up 20
kali dengan sebelah tangan. Sedangkan dindapun lagi-lagi harus menahan pahitnya
kehidupan karena disuruh menggoda anggota OSIS, pria yang beruntung itu adalah
Jeko alias Syarifudin yang terkenal dekil and
the kumel tapi sedikit manis versi majalah Ghosbaster, hanya untuk mendapatkan tandatangan sisenior.
Setelah
selesai menghitung daun Eporbia zaki setengah berlari menghampiri Rifki senior
yang menugasinya.
“
Daun Eporbianya ada enam puluh tujuh kak “ lapor zaki lega.
“
Salah, ulang lagi..!!” ujar rifki cuek. Sambil menganngkat kedua alisnya heran
zaki coba lebih hati-hati lagi menghitung daun satu-persatu dengan seksama
dibantu oleh dhani yang telah lebih dulu selesai dan setelah beberapa saat
mereka kembali menghadap rifki dengan nafas tersengal-sengal.
“
Ada enam puluh sembilan kak “ zaki kembali melapor seraya berharap hitungannya
kali ini tak mungkin meleset.
“Masih
salah, coba hitung yang bener..!! “ lagi-lagi rifki memasang tampang cuek
berlagak sok cool padahal ora.
“
Beneran kak, kalo nggak percaya kita hitung bareng-bareng deh, Hayu..” zaki
mulai geram dengan kelakuan kakak kelasnya yang satu ini.
“
Sudah sudah, sini buku wajib kamu “ ujar rifki sambil membubuhkan
tandatangannya dibuku wajib zaki.” Daun Eporbia itu jumlahnya ada tujuh puluh..”
sambung rifki sambil memegang buku wajib zaki.
“
Masa sih , perasaan saya udah itung berkali-kali dan hasilnya ada enam puluh
sembilan kak..” zaki tetap pada pendiriannya.
“
Pokoknya kalo saya bilang tujuh puluh, ya tujuh
puluh. Ingat pasal pertama anggota OSIS selalu bener, Pasal kedua kalaupun
anggota OSIS salah mau tidak mau kembali lagi ke pasal satu !!” ujar rifki
ngotot dan pergi meniggalkan zaki tanpa rasa bersala.
“
Kalo balik lagi ke pasal satu berarti
anak OSIS selalu bener dodol..! “ batin zaki memaki keanehan kakak kelasnya
seraya tersenyum getir.
JKL
Tring…..
Tring…..
Bel
masukpun menjerit-jerit histeris memanggil para peserta MOS agar masuk lagi ke
kelas untuk menerima materi selanjutnya. Zaki memperhatikan dinda gadis manis
yang namanya langsung meroket karna kecantikannya. Banyak siswa yang
membicarakannya dan berusaha mendekati dinda mulai dari sesama anak baru bahkan
kakak seniorpun banyak yang coba cari-cari perhatian agar bisa lebih dekat
dengannya, syukur-syukur jadi cowoknya.
“
Eh, sira nggak ilu-iluan naksir si dinda ? “ bisik rijal dengan logat jawa
tulennya saat ketua OSIS menjelaskan seluk beluk serta keunggulan SMKIT Nurul
Qolbi bla bla bla...
“
Sorry, gue nggak ngerti bahasa loe “
zaki membalas rijal ramah
“
Maksudnya, ente nggak ikut-ikutan naksir ma dinda ?, gitu “ jelas Indra teman
rijal
“
Owh.., nggak biasa aja tuch “ jawab zaki santai
“
Hati-hati sira, kalo kata orang jawa bilang witing tresno jalaran soko kulino, yang
artinya cinta bisa datang karna seringnya bertemu siapa taukan ?” sambung rijal
mengingatkan zaki.
“
Iya bener juga tuch “ indra mengiyakan ucapan rijal tanpa ragu
“
Itu’kan kata orang jawa nah gue bukan orang jawa, jadi hukum itu nggak berlaku
buat gue mas didi kempot..“ ujar zaki yakin sambil mengamati sosok dinda.
“
Nyong Rijal, siro sopo arane?” rijal memperkenalkan diri
“
Gue Zaki,Zaki Van Denis “ balas zaki sopan
“
Ane Indra..”
“
Pasti temenya Dona ma Kasina ye?” Tanya zaki meledek
“
Maksudnya ?”
“
Iye, dona, kasina, indra. hehehe….” Zaki terkekeh renyah melihat ekspresi wajah
teman barunya itu.
Tak
lama setelah dea, si ketua OSIS menjelaskan tentang seluk beluk sekolah SMKIT
Nurul Qolbi kemudian bel pulang berbunyi nyaring seketika itu terlukis senyum
kegembiraan dari para peserta MOS karena sebentar lagi mereka akan menghirup
udara kebebasan diluar setelah seharian di kekang sama kakak kelas yang biadab
bin gokil bin nyebelin bin pihewaeun and piresepeun perep. Peace..
JKL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar